Teori Belajar
Dalam psikologi
pendidikan
, pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan
kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk
memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika
belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan
teori-teori belajajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan
bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks pembelajaran.
Teori belajar memiliki dua nilai utama menurut
Hill (2002), Salah satunya adalah dalam menyediakan kita dengan kosa
kata dan kerangka kerja konseptual untuk menafsirkan contoh
pembelajaran yang kita amati. Yang lainnya adalah dalam mengusulkan
dimana kita seharusnya mencari solusi untuk masalah praktis.
Teori-teori tidak memberikan solusi, tetapi mengarahkan perhatian
kita pada variabel yang penting dalam menemukan solusi.
Dengan berkembangnya psikologi
dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai
teori tentang belajar. Ada beberapa macam teori belajar diantaranya:
- Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
Ciri-Ciri Teori Behavioristik
- Mementingkan faktor lingkungan
- Menekankan pada faktor bagian
- Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif
- Sifatnya mekanis
- Mementingkan masa lalu
Teori behaviouristik ini memiliki beberapa cabang
teori yang menekankan pembelajaran pada titik yang berbeda-beda
yaitu;
- Teori Behavioristik Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori
koneksionisme. Prosedur
eksperimennya ialah membuat agar setiap binatang lepas dari
kurungannya sampai ke tempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung, maka binatang itu sering melakukan bermacam kelakuan,
seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi kotak, dan cepat
atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak
terbuka dan binatang itu lepas ke tempat makanan.
- Teori Behavioristik Watson
Beliau
mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Penganut aliran ini
lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal – hal yang tidak bisa
diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.
Pendapat yang di kemukakan yaitu :
- Teori stimulus dan respon. Apabila kita menganalisis tingkah laku yang kompleks, akan di temukan rangkaian unit stimulus dan respon yang disebut reflex. Stimulus merupakan situasi objektif dan respon merupakan reaksi subjektif individu terhadap stimulus.
- Pengamatan dan kesan. Adanya kesan motoris di tujukan terhadap berbagai stimulus.
- Perasaan, Tingkah laku dan Afektif. Di temukan tiga reaksi emosional yang di bawa sejak lahir, yaitu : takut, marah, dan cinta. Perasaan senag dan tidak senang merupakan reaksi senso motoris.
- Teori berpikir. Berpikir harus merupakan tingkah laku senso motoris dan berbicara dalam hati adalah tingkah laku berfikir.
- Pengaruh Lingkungan tehadap perkembangan individu. Reaksi instinktif atau kodrati yang di bawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan kebiasaan – kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan di sebabkan oleh latihan dan belajar.
- Teori Behavioristik Clark Hull
Mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat di
pengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Dia berpendapat bahwa tingkah
laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh
karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull, kebutuhan
dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, dan
sebagainya. Stimulus hampir selalu di kaitkan dengan kebutuhan
biologis ini, meskipun menghasilkan respon yang berbeda–beda
bentuknya. Teori ini tidak banyak dipakai dalam dunia praktis karena
dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti,
idenya tentang proses internal
dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui eksperimen empiris, dan
partikularistic, usaha utk menggeneralisasi hasil eksperimen secara
berlebihan, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen
- Teori Behavioristik Edwin Guthrie
Mengemukakan
teori kontinguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan
asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya
Edwin Guthrie berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dan respon
merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, di perlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng.
Selain itu, suatu respon akan lebih kuat apabila respon tersebut
berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Sebagai contoh, seseorang
yang memiliki kebiasaan merokok sulit di tinggalkan. Hal ini dapat
terjadi karena merokok bukan hanya berhubungan dengan satu macam
stimulus, tetapi juga dengan stimulus lain seperti minum kopi.
Guthrie juga mengemukakan bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya
suatu hukuman yang di berikan pada waktu yang tepat, akan mampu
mengubah kebiasaan seseorang.
- Teori Behavioristik Skinner
Dalam
teori ini di sebutkan bahwa ada dua macam respon, yaitu :
- Respondent response. Respon ini di timbulkan oleh perangsang – perangsang tertentu yang disebut electing stimuli yang sifatnya relative tetap dan terbatas serta hubungan antara stimulus dan respons sudah pasti sehingga kemungkinan untuk di modifikasi kecil, misalnya makanan yang menimbulkan air liur.
- Operant response. Respon yang timbul dan berkembangnya di ikuti oleh perangsang–perangsang tertentu, yamg biasa di sebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti, misalnya saja seorang anak belajar, kemudian memperoleh hadiah sehingga ia akan lebih giat lagi belajar, berarti responnya menjadi lebih kuat / intensif. Respon ini merupakan bagian yang tebesar dari pada tingkah laku manusia dan kemungkinannya untuk di modifikasi tak terbatas. Titik berat teori Skinner adalah pada respon kedua ini.
- Teori Behavioristik Ivan Pavlov
Classical
Conditioning oleh Ivan Pavlov yang menyimpulkan bahwa sesuatu yang di
pelajari dapat di kembalikan kepada stimulus respon. Mendidik pada
dasarnya adalah memberikan stimulus yang memberi respon sesuai yang
kita inginkan. Hal ini di lakukan berulang – ulang agar hubungan
stimulus dan respon semakin kuat.
- Teori Behavioristik Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori
observational learning
adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus , melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut
teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward
dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
- Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif
mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan,
kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel,
Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner
bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai
suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
- Teori Kognitif Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang
disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu
sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif
individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory
motor; (2) pre
operational; (3) concrete
operational dan (4) formal
operational. Pemikiran lain dari
Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa
asisimilasi adalah “the process by
which a person takes material into their mind from the environment,
which may mean changing the evidence of their senses to make it fit”
dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of
assimilation” bahwa belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari guru.Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
- Teori Kognitif Ausabel
Menurut Ausabel, siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang di sebut”pengatur kemajuan
(belajar)” (advance Organizer) di definisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan
di ajarkan.
Ausabel percaya bahwa “Advance
organizers” dapat memberikan tiga macam manfa’at, yakni;
- Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan di pelajari oleh siswa.
- Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang di pelajari siswa “saat ini” dengan apan yang “akan” di pelajari siswa.
- Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
- Teori Kognitif Bruner
Bruner mengusulkan teorinya
yang di sebut free discovery learning, menurut teori ini, proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru member
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan melalui contoh –
contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Disamping
itu Brunner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang efektif
dikelas. Menurut Brunner teori belajar itu bersifat diskriptif,
sedangkan teori pembeljaran bersifat preskriptif.
- Teori Belajar Humanisme
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam
tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan
sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam
humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang
fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan
goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan
diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga
bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi
individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan
perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia
adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang
mencapai aktualisasi diri.
Teori ini juga terwujud dari
teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom. Sealain itu,
empat pakar lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah
Kolb, Honey, dan Mumford, serta Hebermas.
- Bloom dan Krathwohl
Dalam hal ini, Bloom dan
Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa, yang
tercakup dalam tiga kawasan;
- Kognitif
Kognitif terdiri dari enam
tingkatan, yaitu
- Pengetahuan (mengingat, menghafal)
- Pemahaman (menginterpretasikan)
- Aplikasi (menggunakan kosep untuk memecahkan suatu masalah)
- Analisis (menjabarkan suatu konsep)
- Sintesis (menggabungkan bagian – bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
- Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)
- Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima
tingkatan, yaiti
- Peniruan (menirukan gerak)
- Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
- Ketepatan (melkukan gerak dengan benar)
- Perangkaian (melakukan berberapa gerakan sekaligus dengan benar)
- Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
- Afektif
Afektif terdiri dari lima
tingkatan, yaitu
- Pengnalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
- Merespons (aktif berpartisipasi)
- Penghargaan (menerima nilai – nilai, setia kepada nilai – nilai tertentu)
- Pengorganisasian (menghubung – hubungkan nilai – nilai yang dipercayai)
- Pengamalan (menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari pola hidup)
- Kolb
Sementar itu, seorang ahli lain
yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu
- Pengalamn konkret
Pada tahap ini dalam proses
belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu
kejadian. Belum mengetahui kesadaran tentang hakiakt kejadian
tersebut. Belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus
terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses
belajar.
- Pengamatan aktif dan reflektif
Pada tahap ini, siswa tersebut
lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu,
serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
- Konseptualisasi
Pada tahap ini, mulai belajar
untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang
pernah diamati, pada tahap ini diharapkan sudah mampu untuk membuat
aturan – aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian
yang meskipun tampak berbeda – beda, tetapi mempunyai landasan
aturan yang sama.
- Eksperimentasi aktif
Pada tahap akhir sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru. Menurut Kolb,
siklus belajar semacam ini terjadi berkesinambungan dan berlangsung
diluar kesadaran siswa.
- Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb ini,
Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka, ada
empat macam tipe siswa, yakni
- Aktivis
Cirri dari siswa yang bertipe
aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalamn –
pengalaman baru. Cenderung berfikir terbuka dan mudah di ajak
berdiaog.
- Reflector
Cenderung sangat berhati
mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini
cenderung “konservatif” dalam arti mereka lebih suka menimbang –
nimbang secara cermat, baik buruk suatu keputusan.
- Teoris
Biasanya sangat kritis, senang
menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang
sifatnya subjektif.
- Pragmatis
Biasanya menaruh perhatian
besar pada aspek – aspek praktis dari segala hal.
- Hebermas
Dalam pandangannya bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan
maupun dengan sesame manusia. Hebermas mengelompokan tipe belajar
menjadi tiga bagian, yaitu
- Belajar teknis
Dalam belajar teknis, siswa
belajar bagaimana berinterksi dengan alam sekelilingnya. Mereka
berusaha menguasi dan mengelola alam dengan cara mempelajari
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk nitu.
- Belajr praktis
Siswa juga belajar berinteraksi
tetapi pad tahap ini yang lebih penting adalah interaksi antara dia
dengan orang – orang di sekililingnya.
- Balajar emansipatoris
Siswa berusaha mencapai
pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan
(transformasi) cultural adri suatu lingkungan.
- Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam
konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir
untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa
akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
Ciri-ciri teori Konstruktivisme
- Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
- Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
- Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama
pentingnya sebuah pertanyaan.
Selain itu yang paling penting
adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan
kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga
itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu
sendiri yang memanjatnya. Aplikasi dan Implikasi dalam Pembelajaran.
- Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar ini merupakn
teori yang paling baru. Teori berkembang dengan perkembangan ilmu
informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang
mementingkan proses. Namun yang lbih penting adalah system informasi
yang diproses. Informasi inilah yang akan mementingkan proses.
Asumsi lain dari teori ini
adalah tidak ada stu pun proses belajar yang ideal untuk segala
situasi, yang cocok untuk semua siswa. Dalam bentuknya yang lebih
praktis, teori ini dikembnagkan oleh landa dan pask dan scott.
- Landa
Menurut landa ada dua macam
proses berpikir. Pertama berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir
linear, lurus menuju kesatu target tertentu. Jenis ke dua adalah cara
berpikir heuristik, yakni car berfikir divergen menuju kebeberapa
target sekaligus. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa
yang hendak di pelajri itui atau masalah yang hendak di pecahkan
diketahui cirri –cirinya. Satu hal lebih tepat apabila di sajiakn
dalam urutan teratur, linear, sekunsial, satu hal lain lebih tepat
apabiala disajikan dalam bentuk terbuka dan member keleluasan untuk
berimajinasi dan berpikir.
- Pask dan Scott
Pendekatan serialis yang di
usulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun
cara berpikir menyeluruh tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir
menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat kedepan, lansung
kegambaran lengkap sebuah system informasi.
- Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai
padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan
Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
- Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
- Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
- Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan
Gestalt, yaitu:
- Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
- Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
- Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
- Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran
antara lain :
- Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
- Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
- Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
- Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
- Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Daftar Pustaka
Dalyono,M. 2010. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.
Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih.
2009. Landasan Proses Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi
Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.